FATE II (Another story of FATE)


boy-comfort-couple-cry-girl-Favim.com-116233
When we know we have separates fate..

“Kau mengatakan akan selalu menuruti apa kataku kan?” tanya Ha rin sembari memainkan rambut lelaki yang tengah tertidur di kakinya. Siang hari itu mereka berdua sengaja melewati kelas dan lebih memilih bersantai menikmati angin siang di bawah pohon di taman kota.
“Hmm.”
Ha rin tersenyum, “Kalau begitu lamar aku!”

Angin berhembus pelan melewati mereka, seakan membisukan segala suara yang ada di sekitar mereka. Lelaki itu tetap menutup matanya, dan perlahan tersenyum pelan.
“Kenapa tersenyum?”, tanya Ha rin sedikit kesal.

Lelaki itu membuka matanya perlahan, dan menatap Ha rin tepat di kedua mata cokelat gelapnya.
“Kenapa aku harus melamarmu?”, tanya lelaki itu sembari menaikkan sudut bibirnya.
“AKH! HYUKJAE!!” Ha rin kesal, ia segera bangkit berdiri dan membiarkan kepala Hyukjae terbentur rerumputan.

“Aww.”, ringis Hyukjae.
Ha rin melirik sedikit kearah Hyukjae yang meringis sakit, dan menguatkan dirinya untuk tidak membalikkan badannya untuk meminta maaf.

“Kau kasar sekali, sayang. Sakit nihh..” rengeknya.
“Biarin. Kau juga kasar. Menanyakan hal seperti itu padaku. Jadi maksudnya kau tidak mau melamarku begitu? Cih. Seharusnya aku tau kalau..”

Ha rin terdiam, tidak bisa melanjutkan kata katanya, saat ia menyadari badannya mulai terhuyung kebelakang, tangannya ditarik kebelakang, dan ia terjatuh tepat di atas pangkuan Hyukjae.

“Aish.”, ringis Ha rin.
“Kau terlalu banyak menduga duga sayang.”

Hyuk memeluk pinggang Ha rin, dan meletakkan dagunya di bahu Ha rin yang kecil, dan mengecup bahu itu lembut.
Ha rin mengerang pelan, dan membalikkan badannya menatap Hyuk tajam.

“Lalu apa maksudmu tadi?”

Hyuk menghela nafas berat, dan menyandarkan tubuhnya pada batang pohon, menarik pinggang Ha rin agar lebih dekat pada tubuhnya.
“Lucu sekali rasanya kalau kau yang lebih dulu menyarankan lamaran itu daripada aku, sayang.”
“What? Lucu bagaimana sih?”
“That’s called man’s pride, hon. Let me propose u first. Just wait till it comes okay?”

Ha rin mengerucutkan bibirnya dan menatap Hyuk kesal.
“Sampai kapan? Kau mau aku dilamar orang diluan? Kau tidak tau apa yang mau melamar ku itu banyak tau!” ucap Ha rin dengan nada –dibuat buat- angkuh.

Hyuk tertawa pelan, “Aku tau.”
“Lalu?”

“Lalu apa? Aku tidak peduli seberapa panjang daftar lelaki yang akan melamarmu. Toh pada akhirnya kau hanya akan menerima ku saja. Ya kan?”, ucap Hyuk sembari mengusap pipi Ha rin lembut.

Pipi Ha rin memerah dan ia memalingkan wajahnya kesamping, mencoba menjauhkan tatapannya dari Hyukjae. “Pede sekali.”

“Ini bukan Pede sayang. Aku hanya percaya pada perasaanmu padaku. Begitu juga dirimu. Kau harus percaya padaku.”
Ha rin melengos pasrah, menatap Hyukjae dalam, dan membenamkan wajahnya pada dada Hyukjae.

“Jangan buat aku terlalu lama menunggu Hyuk.”
“Tidak akan.”, ucap Hyuk pasti sembari mengecup puncak kepala Ha rin lembut.

……….

Siang hari itu angin berhembus dengan damainya, benar benar damai, sehingga seolah-olah dapat mendamaikan hati siapa saja yang merasakannya. Dua insane tersebut berada disana, dibawah pohon, duduk bersebelahan tanpa berusaha melakukan kontak fisik apapun sebagaimana mereka dahulu.

“Bagaimana kabarmu?”, tanya Hyuk menyerah pada keheningan.
Ha rin tersenyum memandang rerumputan, “Aku tidak baik baik saja. Kau?”
“Seperti yang kau lihat.”

Lagi mereka membiarkan keheningan kembali menyergap mereka, membiarkan diri mereka meresapi dan menikmati segala kondisi yang ada sekarang.

“Mama menanyakan kabarmu, Hyuk.”, kata Ha rin akhirnya.
Hyuk mengepalkan tangannya pada pinggiran kursi taman, dan menatap lurus dengan pandangan geram.

“Dia menanyakan kenapa kau tidak pernah datang melihatnya.”
“Aku datang melihatmu.”
“Melihatnya Hyuk. Bukan aku.”
Hyuk menghela nafas berat, lagi menahan emosi yang mulai naik kesuluruh permukaan tubuhnya.

“Jangan bicarakan mereka. Aku hanya ingin bicara tentang kita saat ini.”, jawab Hyuk akhirnya menyerah pada amarahnya sendiri.
“Ha rin..” Hyuk menatap Ha rin yang masih menatap rerumputan dibawah kakinya, dan perlahan mendekatkan dirinya pada gadis itu.
“Aku merindukanmu. Sangat.”

“Maka dari itu, Pulanglah. Kau tau kau punya rumah, dan bisa menemuiku disana sesuka hatimu.” Ucap Ha rin sembari memainkan rerumputan dibawah kakinya.

Hyuk menarik tangan Ha rin, dan membawa mata itu agar menatap padanya.
“Katakan padaku, bahwa kau akan menyerah saja pada keadaan ini, begitu?” Amarahnya tidak bisa ia tahan lagi. Sebulan sudah Hyuk hancur, dan ia tidak pernah mau melanjutkan kehancuran ini. Ia tidak mau benar benar hancur tanpa bisa kembali.

Ha rin menatap Hyuk lemah. Hyukjae nya sudah berubah. Ia bertambah kurus, mukanya kusut dan berantakan. Tidak ada lagi senyuman yang tertinggal di wajah lelaki itu. Dan ia tau, ialah penyebab segalanya.
Ha rin mengerjapkan matanya, dan tanpa ia sadari air matanya jatuh merembes keluar dari kelopak matanya dan jatuh ke pipi putihnya.

Hyuk menggigit bibirnya kuat, merutuki dirinya dalam hati karena lagi ia hanya bisa menyakiti gadisnya lagi.
Perlahan Hyuk menarik punggung Ha rin dan memeluk tubuh gadis itu lembut, memberikannya pelukan yang biasa ia berikan sewaktu dulu.

“Aku masih amat sangat mencintaimu Ha rin.” Hyuk mengecup puncak kepala Ha rin dan mengelus lembut rambut cokelat gelap gadis itu.
“Hyuk..”

“Aku tidak tau harus berbuat apa, Aku tidak tau caranya bernafas dengan benar lagi, saat tau Ayahku dan Ibumu berencana untuk menikah. Oh God. Kenapa mereka harus saling mencintai? Kenapa mereka tidak mengerti bahwa kita saling mencintai lebih dulu daripada mereka Ha rin?”

Ha rin meringis pedih, ia terisak pelan, dan mengeratkan pelukannya pada Hyuk.
Ia tau perasaan itu, perasaan hancur yang masih tergambar jelas dipikiran, hati bahkan tubuhnya.
Berkali kali Ha rin marah pada Tuhan. Berkali kali Ha rin menyumpah pada nasibnya. Dan sekarang dia sudah terlalu lelah untuk sekedar berdiri, apalagi untuk mempertahankan hubungan mereka.

“Aku.. Aku bahkan malam itu datang kerumahmu untuk melamarmu sayang. Bukan untuk mendengar kabar bahwa mereka yang akan menikah.” Hyuk meringis sakit ketika ia mengingat kejadian di malam itu, sebulan yang lalu. Sebulan sudah, tapi rasa sakit yang ditinggalkan bahkan masih mengeluarkan darah segar.

“Hyuk.. Hentikan..” Ha rin terisak pedih.

“Sayang.. Aku mohon..” Hyuk melepaskan pelukannya, memegang kedua tangan Harin, dan berlutut tepat di depan gadis itu.
“Aku tidak pernah mau kita berpisah seperti ini. Aku tidak mau menjalin hubungan lain denganmu selain hubungan yang sudah kita jalani selama ini sayang.”

Lagi air mata Ha rin jatuh dengan derasnya membasahi kedua pipinya. Hatinya teriris sakit.
“Aku.. Aku tidak tau harus berbuat apa Hyuk..”

“Pergilah denganku. Kemana saja. Menjauh, bahkan menghilang dari mereka. Aku janji akan selalu membuatmu bahagia, Ha rin.”

Ha rin menatap Hyuk dengan pandangan sedih. Dilepaskannya perlahan genggaman tangan Hyuk padanya, dan mengelus lembut pipi Hyuk yang basah oleh air mata lelaki itu. Perlahan Ha rin memajukan wajahnya dan mencium lembut bibir merah lelaki itu.

Angin berhembus dengan lembutnya, mengantarkan romansa baru disekitar mereka, mengantarkan alunan lagu baru yang akan menjadi penghantar bagi kehidupan mereka selanjutnya. Alunan lagu perpisahan.

Ha rin tersenyum lembut, “Aku mencintaimu Hyuk. Sangat. Tapi saat ini aku milik Mama ku. Dia yang ada lebih dulu untuk membahagiakan ku, menjaga ku bahkan disaat tersulit sedikitpun. Dan sekarang, saatnya giliran ku. Begitu juga denganmu. Ayahmu sudah sangat berjuang untuk membesarkanmu sampai kau begitu tampan seperti ini. Dan aku sangat berterima kasih sekali pada Ayahmu karena membesarkan kau menjadi yang seperti ini. Hyuk yang aku cintai. Sekarang, giliran kita yang membahagiakan mereka Hyuk.” Ucap Ha rin perlahan.

Hyuk menutup matanya merasakan Ha rin mengecup kedua kelopak matanya.
“Akan ada saatnya nanti baik aku maupun kau akan menemukan kebahagiaan kita masing masing.” Ha rin tersenyum lembut sembari menatap Hyuk lembut.

“Dan sampai saat itu jangan pernah melarangku mencintaimu, Ha rin.”

“Tidak akan. Karena kalau memang bahagiaku itu padamu, aku tidak punya kuasa untuk menolaknya bukan?”

Hyuk menganggukkan kepalanya dan menarik tubuh Ha rin kepelukannya. Ia mengecup lembut dahi Ha rin dan menatap langit biru yang siap menemani perjalanan cerita cinta mereka selanjutnya.

FIN

13 thoughts on “FATE II (Another story of FATE)

  1. Kata2nya sungguh dewasa, harin-hyukjae bisa apa jika takdir sudah berbicara, kasian kalian, kalau begitu kamu sama saya saja hyuk.

  2. Aku sukaaaaa~ banget sma jalan critanya.. makin sedih itu makin seru.. 😉
    Lee Hyukjae mungkin harin ditakdirinbukan jadi milikmu seutuhnya….

    Kyaa~ min eun, ayo lanjut lagi.. aku kangen sma tulisan min eun..apa lg sma fw ny..
    I’m waiting, always..
    Pnasaran sma crita fw slanjutnya.. yayayaya 🙂

  3. Krennnnn, nyesekkkk, knpa ortunya harus nikah thor? -_- duh -___-

    Oyaa, aku mau nannya ff “feels so bad VI” ny belum ada yah -,- aku uda nunggu setahun/ di fanpage Eunhyuk For JEWELSindo ._. Lanjutin dongggg. Penasaran sumfah-_-

  4. sumpah ya, gue dalem bgt bcanya , karya ka jun bner” mantep, dapet bgt feel nya gue ,oh thx you :* bener” kuerenn ,nyesek gue 😦

Leave a comment