FATE


emo-sad-broken-heart-breaking-up-hopless-relationship-walking-away-couple-waste-time-losing-insane-sadness-tears-wanting-something-cant-have-facebook-timeline-cover-banner

Aku berbeda dengan orang lain.
Jika orang lain tidak akan menyerah dalam mendapatkanmu, tidak akan pernah berani melepas tanganmu, maka aku tidak seperti itu.
Aku.. akan menyerah atasmu saat ini.
Aku akan melepaskanmu meskipun hatiku teriris pahit,
Karena ini permintaanmu.
Karena aku mau kau bahagia, dan kau mengatakan bahwa bahagiaku bukan bersamamu.
Aku tidak egois.
Kau tersenyum bahagia saat aku melepasmu.
Maka aku pun akan melepasmu..


Gumpalan awan hitam mulai bergerser perlahan menutupi kota di pagi hari itu. Angin bertiup sedikit lebih kencang dari biasanya, menerbangkan daun daun yang sudah terjatuh di jalanan kembali mencapai langit, mencoba untuk mencapai induk pohonnya kembali. Tapi lagi, apa daya, angin kembali menghempaskan daun tersebut kembali ke tanah, membiarkan daun daun tersebut merasakan dingin jalanan di pagi hari itu.

Ku tatap kembali ponsel yang baru saja aku tempelkan di telingaku dan tersenyum singkat. Ku tatap wajah gadis manis yang dua tahun ini selalu berlari lari di pikiranku, selalu memberontak di dalam jantungku, gadis yang menjadi alasanku untuk memulai hari setiap harinya.

……….

“ Halo.” Hening. Ku eratkan genggaman ku pada ponsel di tanganku dan menggigit bibir bawahku pelan.

Ah, betapa aku merindukanmu.

“Halo? Siapa disana?”

“Hai.” Jawabku.
Dia terdiam. Nafasnya tercekat. Bisa kudengar ia terpekik pelan mendengar sapaanku padanya

Ada apa? Tidak sukakah dia aku menghubunginya kembali?

“Hyuk?”

Aku tersenyum simpul, “Hmm. Apa kabarmu?”

“Aku.. Aku begini begini saja.”

Dia tidak baik baik saja.

“Kau ada acara hari ini? Bisa kita bertemu, Ha rin?”

“Hyuk, kau tau kita sudah..”

Aku tau. Kita sudah berakhir. Ah, rasanya sakit sekali melihat kenyataan aku tidak bisa memelukmu lagi. Kau bukan untuk aku lagi.

“Aku tau.” Nafasku tercekat menahan sakit yang mendera. “Aku pergi lusa. Aku hanya ingin, bertemu denganmu mungkin.. untuk yang terakhir.”

Lama tidak ada jawaban darinya. Aku tidak tau apa yang dilakukannya. Ia hanya menghela nafasnya berat seakan akan permintaanku berat sekali untuk diwujudkan olehnya. Biarlah kali ini aku egois. Satu hari saja, aku akan egois sebelum akhirnya aku akan benar benar melepaskanmu. Jung Ha rin.

“Ha rin..”

“Baiklah. Kita ketemu di tempat biasa ya?”

“Hmm. Aku akan disana sampai kau datang. Take care, Ha rin.”

Dan disinilah aku, bersandar di pintu mobil menatap ujung jalan dengan perasaan senang sekaligus khawatir. Dan segalanya terasa runtuh saat aku melihatmu berjalan dari ujung jalan, mendekap jaket kulit cokelatmu dan membiarkan angin membelai rambut hitam panjangmu. Seandainya tak ada kata berpisah darimu, aku tak akan membiarkan kau berjalan sendirian menuju diriku lagi. Biar aku yang menjemputmu, menemanimu berjalan bersamaku. Tapi, sekarang semuanya tak lagi sama.

“ Maaf, tadi jalanan macet sekali. Makanya aku terlambat” Jawabmu sembari merapikan rambut hitammu yang sudah berantakan akibat terpaan angin.
Kuberanikan diriku berjalan kearahmu dan membantu merapikan helai rambutmu yang mengusut akibat angin. Dan saat itu pula kurasakan getaran disekujur tubuhku saat tangan kita bersentuhan kembali.
Kau tatap kedua bola mata cokelat mu sembari menggenggam tangan kananmu yang mendingin.

“ Aku merindukanmu. Sangat.” Ucapku seperti rintihan. Rintihan hatiku yang menggila karena begitu merindukan sosok di depanku ini.

“ Aku juga.” Kutarik pinggang rampingnya dan menariknya kedalam pelukanku. Ku cium puncak kepalanya dan meresapi aroma rambutnya yang begitu aku rindukan.

Rasanya ingin menangis memelukmu lagi seperti ini.

“ Untuk hari ini Ha rin, bolehkah aku menjadi egois terhadapmu? Bolehkah untuk hari ini saja, kita berlaku seperti tidak ada kata berpisah di antara kita Ha rin?”
Aku memohon padanya. Aku tidak peduli apa kata orang melihatku sekarang. Aku lemah? Ya, aku memang lemah. Perempuan di depanku ini telah menjadi tulang tulang di dalam tubuhku, dan aku memang sangat membutuhkan kehadirannya.

Ha rin menatap kedua mataku yang mulai memerah karena menahan tangis dan mengelus pipiku lembut. Ku pejamkan kedua mataku merasakan sentuhannya lagi padaku dan mengelus permukaan tangannya.

“ Menangislah.”
Satu kata yang meruntuhkan ku, ku tarik ia kedalam pelukanku dan menangis sekeras mungkin. Ku peluk dia erat, seakan aku bisa meremukkan badan kecilnya. Ku rasakan ia meringis sakit sembari mengelus rambutku lembut.

Aku benci seperti ini. Aku benci dia terlalu tau tentangku. Aku benci dia selalu bisa mengangkat ku tinggi dan meruntuhkan aku sekeras ini. Aku benci karena dia berhasil membuatku gila padanya seperti ini.

Aku tidak bisa hidup tanpanya Ya Tuhan.

“Jangan pergi Ha rin. Aku tidak bisa. Aku tidak bisa kalau itu bukan kau” ucapku sembari memeluk dirinya.

“ Hyuk, kau tidak boleh egois. Kau tau kan.”

“ Tidak bisakah ini hanya kau dan aku? Tidak bisakah kau mempercayakan hidupmu hanya padaku? Tidak bisakah kita menjalani hidup kita dan berbahagia berdua saja? Aku.. Aku sangat mencintaimu Ha rin. Aku tidak bisa.”

“ Kau bisa.” Dilepaskannya pelukannya padaku dan menangkupkan kedua tangannya pada kedua pipiku.

“ Jangan menangis aku mohon sayang. Aku akan merasa sakit sekali melihat kau menderita seperti ini.” Ucapnya lembut.

Aku menarik tangan kanannya dan kucium permukaan tangannya. Ku letakkan tangan kirinya ke dadaku, dan ku tatap matanya lembut.

“ Aku sudah sangat sakit saat kau mengatakan ingin berpisah. Aku sudah menangis beratus kali banyak daripadamu setelah kau meninggalkan aku. Ha rin, aku..”

“ Aku juga mencintaimu, Hyuk. Sangat. Ini berat bagimu, bagiku juga. Tapi kita bisa apa?” Matanya nanar menatapku, kulihat air mata jatuh dari kelopak matanya dan perlahan semakin deras. Dia menangis.

Tuhan, kenapa harus seperti ini?

Ku tarik kembali ia ke pelukanku, merasakan rasa sakit di sekujur tubuh ku dan dirinya. Ha rin menangis dalam pelukanku begitu pun aku menangis mendengar tangisan dari perempuan yang aku cintai.

Ini takdir kami. Seberapa keraspun kami mencoba melawan takdir, pada akhirnya kami pun akan terjatuh lagi oleh takdir yang sama. Seberapa kuatnya aku menghantam ombak di depanku, semuanya akan sia sia bila lawanku adalah takdir.

Rasa cinta rasanya tak cukup untuk melawan takdir antara diriku dan dirinya.

Dia lebih dulu melepaskanku, menyerah pada takdir. Jika kami berdua saja tidak dapat melawan takdir, bagaimana pula jadinya jika hanya aku yang berjuang melawan takdir ini sendiri?

Jika ia sudah melepaskan tangannya padaku lebih dulu, bagaimana caraku membawanya bersamaku melawan kerasnya takdir terhadap hidup kami?

Ku kecup keningnya untuk terakhir kalinya malam itu. Mencoba merekam segala apa yang ada padanya, merekam segala kenangan ku dan dirinya. Dan melepaskannya pergi. Ku putuskan untuk menyerahkan semuanya pada takdir. Tapi satu yang perlu takdir tau,

Aku akan selalu mencintai Ha rin, gadisku. Sampai akhir hayat ku.
Perempuan yang mengenalkanku pada dunia yang lebih indah.
Perempuan yang siap menjadi kedua kakiku untuk berjalan menjalani hidup.
Perempuan yang menempati seluruh ruang di penjuru tubuh dan kehidupanku.

FIN

9 thoughts on “FATE

  1. Aaaaaa kangen ff mu jun ^^ kau datangkan ff ini disaat aku sedang begini hahahaha. eummm cieee kata2nya dewasa sekali,tapi aku ngerti dan aku suka 🙂 keep writing and more ff please ^^

Leave a comment