MEMORIES~


mengulang hdup

Inspirational Thing: Lamunan tengah jalan.

Main Cast: Lee Hyukjae, Ha rin

Rate: PG-15

Genre: Soft romance

Length: Chapter

Disclaimer: Jung Ha rin and This story is belong to me, and the another cast is belong to God.

҉҉҉҉҉

Angin berhembus sedikit lebih baik sore hari itu. Jarum jam di kota itu sudah menunjukkan pukul 5 pm, patutlah jejeran mobil berderet di sekitar jalan itu. Gadis itu kembali memakai helmnya dan menyalakan kembali motornya.

“ Hati hati sayang. “

Ha rin melambaikan tangan kanannya menyambut perkataan wanita paruh baya itu. Ditariknya lagi perlahan gasnya dan dilajukan kembali motornya menembus kemacetan di sore hari yang tenang itu.

҉҉҉

Lagi lagi Hyukjae menghela nafasnya menatap jalanan di depannya, ia melongokkan kembali kepalanya keluar jendela dan menekan kasar klakson mobilnya. Yah, ia terjebak kemacetan panjang itu. Hyuk menyandarkan kembali kepalanya dan menutup matanya sebentar, mencoba mengistirahatkan badannya yang mungkin masih sedikit terkejut begitu dapat menapakkan kaki di tanah. Lelaki itu baru kembali dari Paris beberapa jam yang lalu, dan menjemput mobilnya di rumah sakit tempat ayahnya bekerja yang kebetulan dekat dengan bandara.

“ haaahhh.. mau sampai kapan aku ditahan disini ? “

Hyuk kembali menekan klaksonnya dan mengeluarkan kembali kepalanya.

Ha rin melajukan motornya santai sekali sore itu, ia mencoba menikmati udara sore hari itu yang tidak terlalu panas bahkan langit menandakan akan menurunkan airnya sebentar lagi. Ha rin tersenyum geli, ia melihat badannya sekilas dan mencium bau asam dari sana. Perempuan itu memang belum ada membasuh tubuhnya seharian ini. Kampusnya masih meliburkan diri dan ia pun tidak punya kegiatan lain selain membantu eommanya bekerja dirumah. Tapi naas, saat ia sedang asik dengan kegiatan tidur tidur dan malas malasannya, sang Eomma memintanya untuk mengantarkannya ke tempat ia biasa berkumpul dengan teman temannya. Dengan berat hati Ha rin bangkit dari tidurnya dan melangkahkan kaki dengan malas ke kamar mandi, mencuci mukanya dan mengenakan jaket andalannya dan pergi begitu saja.

Ha rin masih asik dengan lamunannya, begitu ia melihat ada kepala yang tiba tiba keluar dari mobil yang akan dilewati di depannya. Sontak dengan cepat Ha rin menekan klakson dan menginjak rem di kaki dan tangannya. Jantungnya berdetak cepat saat itu dan ia beruntung ia tidak jadi menjadi tersangka  pembunuhan di sore hari yang indah itu. Ingin rasanya Ha rin mengeluarkan caci makinya kepada orang gila yang tiba tiba mengeluarkan  kepalanya seenak jidatnya itu, tapi saat Ha rin ingin membuka mulutnya, ia dikejutkan dengan klakson dari belakang meminta ia untuk segera berjalan. Dengan berat hati Ha rin pun menaikkan kembali gasnya dan melajukan kembali motornya meninggalkan seorang lelaki yang terus menatapnya gusar.

“ Ha.. Ha rin? “

Hyuk terkesiap dengan apa yang ia lihat. Tadi ia hanya bermaksud melihat masih sepanjang mana antrian yang harus ia hadapi, maka ia pun mengeluarkan kepalanya dan mengeluarkan sedikit badannya tanpa memperhatikan sekitarnya. Tapi tiba tiba ia tersontak kaget begitu mendengar klakson yang begitu dekat dengannya. Dengan cepat Hyuk memasukkan kembali kepalanya dan mengatur nafasnya karena kaget. Kepalanya nyaris hilang dalam sekejap. Emosi Hyuk yang sedari tadi memang tidak stabil kembali memuncak memikirkan mungkin nyawanya terancam hilang dalam beberapa detik yang lalu. Hyuk bersiap megeluarkan kembali kepalanya dan memaki si pengendara motor, tapi ia terdiam, ia terkesiap dengan apa yang berada di dekatnya.

Seorang gadis yang dulu adalah bagian terpenting hidupnya, seorang gadis yang selalu menghantuinya, Seorang gadis yang selalu ingin dibuatnya tersenyum bahagia. Jung Ha rin. 1 tahun berpisah ternyata tidak membawa perubahan apa apa terhadap Hyukjae. Lidahnya masih kelu melihat gadis itu, apalagi dalam keadaan tiba tiba seperti saat ini. Belum lagi Hyukjae sadar akan keterkejutannya, gadis itu itu menarik gas motornya dan melaju pergi, menjauh dari pandangannya. Hyukjae tersadar, ia belum mau kehilangan gadis itu lagi, di bunyikannya klaksonnya berharap Ha rin melihat kebelakang dan berhenti. Begitu terus sampai akhirnya Hyuk menyerah dan memutar kemudinya menembus kemacetan itu secara brutal.

Ha rin masih agak kesal dengan kejadian barusan, ia hampir saja menjadi seorang tersangka pembunuhan akibat supir mobil sialan itu, dan tambah kesalnya lagi, sepertinya pemilik mobil tersebut tidak senang dengannya dan mencoba memangilnya, makanya Ha rin mendengar bunyi klakson yang ditekan secara liar oleh mobil tersebut. Ha rin tak peduli, ia tak mau berurusan dengan orang sekarang. Tidak dalam keadaan ia belum mandi. Ha rin terus melajukan motornya dengan kecepatan sedang menyadari mobil itu tidak mungkin mengejarnya mendapati betapa panjangnya antrian mobil di depannya. Ha rin tersenyum menang dan melajukan motornya dengan hati riang.

Ia masih asik memikirkan hal hal indah yang akan ia lakukan begitu ia sampai dirumah sampai tiba tiba sebuah mobil Audi berwarna hitam melewatinya –dengan kecepatan yang tidak seharusnya melihat jalan begitu ramai dan padat– . Ha rin sedikit kaget dengan mobil tersebut, ia oleng dan hampir saja kehilangan keseimbangannya. Ha rin memundurkan gasnya dan mengarahkan motornya agak kepinggir mengingat ia hampir saja jatuh terguling barusan. Ha rin mulai mengumpat dalam hati mengenai mobil Audi hitam tersebut sampai tiba tiba mobil tersebut berhenti, berhenti tepat di depannya, memblokir aksesnya untuk lanjut berjalan. Ha rin kaget, ia menghentikan motornya dan menapakkan kedua kakinya ke tanah dan menatap mobil audi tersebut dengan tajam.

“ Maunya apa sih!! “

Ha rin siap mengumpat lagi, tapi ia terdiam, jantungnya tiba tiba memompa darah lebih cepat dari biasanya begitu mendapati siapa yang keluar dari mobil yang tengah menghadangnya tersebut.

҉҉҉

Hyukjae terus membunyikan klakson agar kendaraan di depannya segera menyingkir, tidak terlalu membuahkan hasil memang begitu melihat banyaknya jumlah kendaraan sore itu. Hyuk menghela nafas berat dan berjanji pada dirinya ia tidak boleh menyerah. Dilihatnya sekitar, dan begitu melihat cela ia menembus kerumunan itu dan melajukan mobilnya gila gilaan. Ia tidak begitu memperdulikan umpatan demi umpatan yang dilemparkan pada dirinya, Hyuk terus melajukan mobilnya, berharap ia masih dapat melihat gadis itu lagi. Gadis yang mungkin menjadi alasannya mengapa ia masih dapat bernafas dengan normal sampai detik ini.

Hyuk tersenyum bahagia begitu mendapati gadisnya ternyata masih dapat ia jangkau. Gadis itu melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Jantungnya mulai berdetak tidak karuan begitu melihat punggung gadis itu. Bayangan demi bayangan mulai berkelebat di kepalanya.

FLASHBACK..

 

                Sore itu matahari semangat sekali memamerkan sinarnya. Tidak ada angin, dan bahkan tidak ada awan yang berani melawan matahari tersebut. Tapi betapa panasnya matahari sore hari itu tidak menyurutkan beberapa orang lelaki yang masih asik berlari lari di lapangan sebuah sekolah.

 

                “ Donghae –ah, kemarikan bolanya!! “

 

Lelaki yang diteriaki bernama Donghae tersebut mencari si pemilik suara dan mengoper bolanya ke arah si pemilik suara. Lelaki dengan postur tubuh yang cukup tinggi tersebut sedikit melompat dan menangkap bola operan itu dengan mulus. Ia kembali menggiring bola tersebut ke sebuah tiang yang menjulang sempurna di depannya, sedikit lagi..

 

                “ Hyuk, semangaaaaaatttttt!!! “

 

Lelaki itu menolehkan kepalanya ke belakang sekilas mencoba mencari si pemilik suara itu. Ia mendapati gadis yang ia harapkan memberinya semangat dan ternyata memang dari sanalah suara itu berasal. Gadis manis bernama Jung Ha rin. Hyuk tertawa pelan memamerkan gusinya yang lebar dan kembali berlari lagi mendekati tiang itu. Hyuk melompat dan melemparkan bola tersebut ke keranjang di atas tiang tersebut. Detik demi detik saat bola itu melayang di udara mampu membuat Hyuk hampir kehilangan nafas. Harapannya sekarang berada di bola tersebut, masuk atau tidaknya bola tersebutlah yang akan dapat mempengaruhi kehidupannya di masa depan kemudian. Bola tersebut berhasil menyentuh bibir keranjang itu, berputar, menggoda, dan pada akhirnya masuk dengan mulus ke dalamnya.

 

                “ Masssukkkkkkkk!!!!!”

 

Hyuk masih terdiam tepat di depan tiang tersebut. Ia masih tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya beberapa detik yang lalu sampai seseorang memeluknya dari belakang dan berteriak teriak di belakangnya.

 

                “ Hyukjae!!! Kita menang, bodoh!! Kita menannggg!!!! “

 

Menang? Kata kata itu terus terngiang di kepala lelaki itu. Ia tidak percaya pada akhirnya ia akan memenangkan pertandingan ini. Ia tersenyum bahagia dan membalas pelukan teman temannya tersebut, sampai tiba tiba ia tersentak.Berarti..

 

                Hyuk melepaskan pelukan teman temannya dan memundurkan diri dari kerumunan itu, melangkahkan kakinya ke pinggir lapangan dengan senyum bahagia. Langkah demi langkah yang ia lakukan semakin cepat juga jantungnya memompa darah keseluruh tubuhnya. Hyuk bisa melihat gadis di depannya ini tersenyum bahagia menatapnya. Hati Hyuk berdesir begitu melihat tangan gadis itu mengusap kasar pipinya. Ia menangis? Hyuk mempercepat langkah kakinya dan sampailah ia, berdiri tepat di depan gadis manis ini.

 

                “ Kau hebat. “

Puji Ha rin tulus. Ia memang sedikit menangis tadi. Ia tidak menyangka lelaki di depannya ini akan bertindak sedemikian rupa untuk mendapatkannya. Ha rin tersenyum lebar dan mengulurkan tangannya.

 

                “ Selamat. “

Hyuk menatap tangan Ha rin tersebut, menatap gadis itu sekilas dan pada akhirnya ia menarik tangan Ha rin dan merengkuh gadis itu kedalam pelukannya. Wangi. Hyuk bergumam sedikit. Mukanya mungkin memerah sekali sekarang, jantungnya berdetak terlalu cepat sehingga ia pun tidak bisa mengontrolnya.

 

                “ Jantungmu berdetak terlalu cepat, Hyuk-ah. “

Muka Hyuk memerah kembali, ia tertangkap basah sekarang. Hyuk mengeratkan kembali pelukannya. Ia tidak mau gadis di pelukannya ini melihat bagaimana memalukan mukanya sekarang.

 

                “ Jantungku selalu begini kalau ada didekatmu. Menakutkan bukan? “

Hyuk tertawa pelan mendengar jawaban yang keluar dari mulutnya itu. Tapi tidak dengan gadis di pelukannya. Ha rin menaruh kedua telapak tangannya tangannya di dada Hyuk dan mendorong tubuh itu pelan. Hyuk melepaskan pelukan itu dengan sarat muka kecewa dan menatap Ha rin muram.

 

Ha rin menatap Hyuk tulus, dan memberinya handuk dan sebotol minuman yang sedari tadi ia pegang.

 

                “ Ini. Laplah dulu keringatmu dan minum ini. Kau pasti lelah kan? “

Hyuk tersentuh. Ia tersentuh melihat perlakuan Ha rin dan kembali tersentuh melihat senyum tulus gadis ini. Hyuk menerima handuk dan minuman dari gadis itu dengan riang. Tapi kemudian Ha rin membalikkan badannya membelakangi Hyuk dan mulai berjalan menjauh. Hyuk bingung, apakah ia marah? Hyuk sibuk menerka nerka apa yang terjadi dengan gadisnya itu, sampai pada akhirnya ia memutuskan untuk mengejar gadis itu dan menarik tangannya.

 

                “ Ada apa? Kau marah? Maaf, aku tak bermaksud melakukan itu. Kau tahu aku..”

Hyuk terdiam. Ia terkejut, kata kata yang disusunnya lenyap entah kemana begitu menyadari bibir gadis ini menyentuh pipinya. Ha rin menciumnya tepat di hari mereka resmi menjadi sepasang kekasih.

 

҉҉҉

Hyuk akhirnya bisa merasakan jantungnya berdetak dengan kecepatan tidak normal lagi setelah selama 1 tahun ia tidak merasakannya. Dilangkahkannya kembali kakinya tersebut mendekati gadis di depannya ini.

“ Hyuk.. Hyukjae.. “ , ucap Ha rin lirih.

Ia terdiam. Semua saraf saraf ditubuhnya mendadak menolak untuk bekerja. Hanya jantungnya yang asik memompa darah ke seluruh tubuhnya dengan kecepatan yang tidak normal. Badan Ha rin mulai panas begitu mendengar suara itu. Suara laki laki yang selalu ia rindukan. Suara laki laki yang mampu dapat membuatnya menukarkan segalanya hanya untuk mendengar suara itu. Suara itu memanggil dirinya. Lembut.

“ Ha rin-ah..”

Hyuk terus berjalan. Ia menikmati getaran getaran yang muncul dari sekujur tubuhnya begitu ia mulai secara perlahan mendekat ke arah gadis ini. Ia dapat melihat gadis ini. Dapat melihat wajahnya, postur tubuhnya. Bahkan ia bisa mencium aroma tubuh Ha rin yang selalu menjadi favoritnya. Ingin sekali sekarang Hyuk berlari dan merengkuh gadis itu seperti yang dulu selalu ia lakukan. Mengusap lembut pipi gadis itu dan memainkan rambut panjangnya. Hyuk mengerang pelan mendapati bayangan bayangan yang mulai tidak dapat ia kuasai. Memalukan, tidak bisa mengontrol diri.

Ha rin tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Ia berjalan mundur perlahan begitu mendapati jarak ia dengan Hyuk semakin dekat. 1 tahun tidak bertemu ternyata terlalu berdampak mengerikan baginya. Kalau saja ia sudah mandi sekarang, mungkin Ha rin tidak akan ragu lagi untuk jalan mendekati lelaki itu dan menampar pipi mulusnya itu keras. Tapi itu tidak mungkin ia lakukan. Ia tahu benar apa kebiasaan lelaki itu jika melihatnya. Ia berani bertaruh jika Ha rin tidak melangkah mundur mungkin sekarang ia telah berakhir di dalam pelukan hangat lelaki itu. Ha rin terdiam mendengar sugestinya sendiri. Ia tertawa miris, genangan air mulai menyerang pelupuk matanya. Ia terlalu naïf memikirkan hal itu. Ha rin tahu dan sadar, kalau lelaki di depannya ini, lelaki yang tengah menatapnya sendu ini bukan miliknya lagi. Ha rin membalikkan badannya dan berjalan menuju motornya menahan air matanya yang mulai memenuhi pelupuk matanya.

“ Ha rin.. “

Hyuk hampir kehabisan suaranya. Ia tercekat begitu melihat gadis di depannya ini mundur secara teratur dan ia positif kehilangan suaranya saat melihat Ha rin membalikkan badannya, membelakanginya dan menjauhinya secara teratur.

Ha rin mencoba menguatkan dirinya lagi, ia menghidupkan motornya, memakai kembali helmnya dan menarik gas motor tersebut. Tapi belum lagi Ha rin berhasil melarikan diri, Hyuk berhasil menghadangnya, menahan gadis itu untuk pergi. Ha rin kaget, ia menginjak rem secara kasar dan membuka penutup helmnya menatap Hyuk tajam.

“ Kau gila ha? Kau mau mati? “

Hyuk tersenyum getir. Astaga! Haruskah dengan cara begini agar gadisnya ini mau bicara dengannya?

“ Ha rin-ah, ini aku.. “

“ Aku bukan Ha rin! Dan maaf aku tak mengenalmu tuan. “

Ha rin menguatkan volume suaranya. Lebih tepatnya ia membentak lelaki gila di depannya itu. Ha rin memutar kemudinya dan melajukan kembali motornya secara gila gilaan meninggalkan Hyukjae yang terdiam seperti kehilangan rohnya.

Hyuk terkesiap mendengar perkataan Ha rin beberapa menit yang lalu. Berbagai pertanyaan mulai bergentayangan dalam pikirannya. Apakah ia benar benar salah orang? Apakah ia hanya berhalusinasi melihat gadisnya itu? Hyuk menggelengkan kepalanya kasar. ia tidak mungkin salah orang. Hyuk berlari kecil menuju mobilnya, dan melajukan kembali mobilnya tersebut menuju arah yang berlawanan dari arah Ha rin tadi melajukan motornya.

҉҉҉

Ha rin masih menarik gasnya gila gilaan. Bolak balik ia menoleh ke arah spion untuk melihat apakah mobil audi hitam tersebut mengikutinya atau tidak. Tapi sepertinya Ha rin tidak menemukan mobil tersebut disekitarnya. Ha rin bernafas lega, air matanya yang sejak tadi ditahannya pun entah hilang kemana digantikan rasa takutnya. Ia takut. Ia belum siap menghadapi lelaki itu lagi. 1 tahun ternyata belum cukup untuk menghilangkan rasa di dadanya ini.

Ha rin menghela nafasnya lega begitu melihat rumahnya, ia melajukan motornya menuju garasi rumahnya dan menutup garasi itu kembali. Ha rin menghambil handuk dari jemuran dan menatap ke langit.

“ Sepertinya benar benar mau hujan. “

Ha rin menggumam pelan seraya masuk kembali kerumah dan membasuh badannya yang benar benar terasa lengket.

Gadis itu menatap pantulan wajahnya yang masih sedikit basah di cermin. Ia mengeringkan kembali rambutnya dengan handuk dan menatap kembali ke cermin. Dan tanpa ia ijinkan bayangan bayangan masa lalu itu pun kembali menyergapnya.

҉҉҉

                Ha rin duduk di bangku di pinggiran lapangan di sekolahnya. Ia memegang handuk dan menatap ke arah lapangan di depannya sambil tersenyum riang. Sore ini pun ia menemani kekasihnya tersebut untuk menyalurkan hobinya. Lee Hyukjae. Sudah 6 bulan mereka menjalani hubungan dan semuanya baik baik saja. Bahkan terlalu sempurna menurut Ha rin. Ia memang sudah lama menaruh hati pada Hyukjae. Tapi Ha rin sadar siapa dirinya dan Hyukjae. Hyukjae adalah seorang cassanova di sekolah mereka. Melihat Hyuk berjalan dengan perempuan yang berganti ganti setiap minggunya bukanlah merupakan pemandangan yang asing, dan Ha rin sama sekali tidak menyangka kalau ternyata lelaki itu menyatakan cintanya dengan menaruhkan bahwa ia akan menang dalam permainan basket melawan sekolah tetangga.

 

                “ Lama menunggu? “

Ha rin tersenyum melihat Hyuk berjalan mendekatinya. Ia menikmati setiap getaran yang muncul dari dalam tubuhnya begitu mendapati Hyuk mendekatinya atau berada di dekatnya atau yang paling parah memamerkan gusinya itu.

 

                “ Tidak kok. Aku juga baru selesai rapat. Haus? “

Hyuk mengangguk pelan dan menerima sebotol minuman dari tangan Ha rin. Hyuk menjatuhkan badannya tepat di samping Ha rin dan menikmati sore hari itu dengan berdiam diri. Sampai tiba tiba Hyuk bangkit dari duduknya dan duduk berjongkok tepat di depan Ha rin, menatap tepat di mata gadis itu.

 

                “ Ada apa? “ ,Tanya Ha rin berusaha untuk tetap tenang.

Hyuk mengambil handuk yang berada di sebelah Ha rin dan mengulurkannya kehadapan Ha rin. Hyuk menatap Ha rin dengan tatapan manja dan menunjuk nunjuk rambutnya. Ha rin tersenyum geli melihat kelakuan kekasihnya ini.

 

                “ Dasar manja. “

Ha rin terkekeh pelan dan mengambil handuk tersebut. Ia meletakkan handuk tersebut ke kepala Hyuk dan mengeringkan rambut lelaki itu. Tadinya Ha rin hanya focus mengeringkan sambil memainkan rambut lelaki itu sampai ia menyadari tatapan mata Hyuk benar benar tertuju ke arah wajahnya. Hyuk menatap Ha rin intens membuat gadis itu gelagapan. Ia gugup, jantungnya berdetak tidak karuan. Suhu tubuhnya tiba tiba memanas begitu mendapati wajah Hyuk perlahan mendekati wajahnya. Seluruh organ tubuh gadis itu tiba tiba melumpuh begitu mendapati tangan Hyuk memegang dagu Ha rin, dan mendekatkan bibirnya kepada bibir Ha rin. Ha rin terdiam, ia menutup matanya ketika benda lembut itu menyentuh bibirnya. Ia meledak. Badannya memanas, dan tubuhnya bergetar kecil. Ia merasa ada sesuatu dalam perutnya yang meledak ledak. Sensasi yang manis sekali.

 

Tiiiinnnggg..Toooonnnggg…

Ha rin tersentak. Ia ditarik kembali kepada kenyataan secara paksa. Ha rin menghela nafas lemah dan menatap dirinya kembali dengan pandangan nanar. Ia mengusap kembali bibirnya dan hatinya menghangat. Ia menyadari ia begitu merindukan pemilik bibir yang selalu mencium bibirnya ini. Ha rin terdiam sesaat, ia menggelengkan kepalanya kasar dan mengusap bibir itu kasar. Ia mendengar bel rumah mereka kembali berbunyi dan dengan malas Ha rin berjalan kebawah, membuka pintu tersebut.

Ha rin memutar kunci, dan menarik kenop pintu tersebut. Ia bersiap membuka mulut mengeluarkan suaranya, tapi tidak dia lakukan. Ia terdiam. Lagi lagi untuk kesekian kalinya seluruh organ tubuhnya menolak untuk bekerja dengan baik.

“ Hai.. “

Suara itu. Benar suara itulah yang menyadarkan Ha rin. Lee Hyukjae kembali berada di depannya, berdiri tepat di depannya, di depan rumahnya, di teras rumahnya.

҉҉҉

Hyuk tersenyum menang melihat keadaan Ha rin yang membeku sekarang. Ia tahu ia tidak akan kecewa dengan keputusannya ini. Setelah ia mendengar dari mulut gadis ini tadi bahwa yang ia lihat tadi bukan dirinya, Hyuk memutar kemudinya menuju kediamannya dengan kecepatan yang menggila. Tanpa basa basi lagi, tanpa menghiraukan segala teriakan dan panggilan dari dalam rumahnya, Hyuk mengambil kunci motornya dan melaju meninggalkan kediamannya menuju sebuah alamat yang 1 tahun yang lalu selalu ia datangi. Ingatannya masih segar, terlalu segar malah mengingat waktu telah berlalu 1 tahun. Hyuk melajukan motornya dengan kecepatan sedang mendapati apa yang akan ia temukan disana. Hatinya menghangat. Ia benar benar merindukan gadisnya itu. Dan disinilah ia sekarang, menatap Ha rin dengan senyuman menang. Mengetahui Ha rin belum memberikan tindakan, Hyuk ngeloyor masuk begitu saja kedalam rumah Ha rin dan duduk di sofa dengan nyaman.

“ Kau mau berdiri disitu sampai kapan? “

Ha rin terkesiap. Ia membalikkan badannya kebelakang dan mendapati Hyuk tengah duduk manis di sofa rumahnya. Sejak kapan monyet sialan ini masuk?

“ Kau tidak mau menyuguhkan aku minuman? Aku haus Ha rin-ah.. “

Hati Ha rin tersayat. Lama sekali rasanya ia tidak mendengar namanya disebut oleh Lelaki ini. Hampir saja Ha rin kehilangan pertahanan dirinya sebelum akhirnya ia mendengar geluduk yang cukup keras dari luar.

GLUDUK.. GLUDUK.. (ah maaf, ini suara petir ya..)

“ Tidak. Pulanglah. Sudah mau hujan. “

Ha rin mencoba bersikap secuek yang ia bisa. Ia juga berusaha mempertahankan dirinya saat ini. Ia tahu ia sadar dengan jelas tubuhnya sudah bergetar hebat saat ini. Ia memang tidak pernah menyukai Hujan dan hal hal yang berhubungan dengan hujan. Apalagi petir. Mungkin jika tidak ada lelaki ini, Ha rin sekarang sudah meringkuk ketakutan di bawah selimut.

Hyuk tahu, tahu dengan jelas ketakutan gadis ini. Mereka sudah terlalu lama bersama. 4 tahun mereka bersama sudah dapat membuat Hyuk mengetahui seluk beluk mengenai Ha rin. Bahkan ia dapat melihat badan Ha rin yang mulai bergetar karena mendengar petir barusan. Ingin sekali rasanya Hyuk menarik gadis itu menjauhi pintu dan merengkuhnya kedalam pelukannya. Menenangkannya, dan memberinya kehangatan yang ia butuhkan. Tapi lagi lagi Hyuk harus menahannya. Ia sadar posisinya sekarang bukan lagi milik gadis ini. Hyuk menatap Ha rin dengan pandangan memohon.

“ Tidak bisakah aku.. aku berkunjung kerumah.. kerumah teman lama? “

Hyuk mengerang pelan mendapati perkataannya sendiri. Teman lama? Astaga! Mereka bahkan lebih daripada itu. Hyuk menatap ke arah Ha rin dan ia melihat gadis itu membuang mukanya, menatap ke arah lain. Kecewakah ia?

Ha rin menggigit bibir bawahnya pelan menahan sakit yang tidak bisa ia tahan. Sakit secara emosional. Beberapa detik yang lalu ia baru mendengar lelaki itu menyebutnya Teman lama. Sakit sekali. Ha rin meremas pegangannya pada kenop pintu berusaha mengalihkan rasa sakitnya kesana. Tapi percuma, rasa sakit itu sudah terlanjur menjalar ke hatinya. Ia sakit hati.

Hyuk bersiap memperbaiki kata katanya lagi sampai tiba tiba ia mendengar suara handphone berbunyi. Ha rin tersadar, ia merogoh sakunya dan menyentuh tombol answer pada layar handphonenya.

“ Hmm? Ne, Onnie ada di rumah. Appa sama Eomma pergi. Ha? Tidak bisakah kau jalan saja?”

Ada jeda sebentar. Ha rin tampak berpikir akan apa yang ia katakan selanjutnya. Hyuk mencoba menerka nerka siapa dan apa yang ada diseberang sana. Hyuk dapat mendengar getaran dalam suara Ha rin, ia menoleh keluar sebentar dan memelankan suaranya.

“ Diluar ada petir. Kau tahu onnie tidak menyukainya.”

Ha rin mengerang pelan, ia menutup matanya dan memijit keningnya. Hyuk melihat ada peluh disana. Ada apa dengannya? Hyuk sedikit khawatir melihat perubahan yang drastis dari gadis di depannya ini.

“ Dirumah tidak ada orang. Tidak. Tidak bisa. Eomma sama Appa baru saja pergi. Onnie tidak mungkin meminta mereka pulang hanya untuk menjemputmu. Jalan sajalah. Err~ kau mau membuat onnie mati tengah jalan ha? “

Ha rin sedikit membentak adiknya tersebut. Ia bingung, ia benar benar tidak tahu harus berbuat apa. Jung Chaerin, adiknya sekarang sedang terjebak hujan yang lebat di simpang rumah mereka. Ia membawa hasil praktikumnya yang merupakan alat elektronik. Jika ia memutuskan berjalan, alat alat itu akan rusak. Ha rin bingung, ia tidak tahu harus berbuat apa. Jika ia menerjang hujan ini, mungkin ia akan benar benar mati dijalan. Hal itu bukan melebih-lebihkan tapi memang itu pernah terjadi sebelumnya.

҉҉҉

Siang itu memang cukup mendung, sepertinya matahari enggan mengeksiskan dirinya hari itu. Ha rin bergumam resah di dalam bus. Ia berkali kali memegang handphonenya dan mencoba menghubungi kedua orangtuanya. Tapi naas tak satupun menjawab. Badan Ha rin mulai dipenuhi peluh keringat. Hari itu ia tidak pulang dengan Hyukjae. Lelaki itu ada les tambahan di sekolah dan pada akhirnya menyuruh Ha rin untuk pulang diluan saja. Dan disinilah ia. Ha rin melihat ke arah luar dan melihat langit siang itu benar benar siap untuk menumpahkan airnya dalam beberapa menit lagi. Sedangkan rumahnya masih terlalu jauh. Ha rin khawatir, ia menimang nimang akan apa yang ia lakukan seandainya Hujan turun dan ia belum sampai dirumah. Dan alhasil ia tidak menemukan jalan keluar apapun.

 

                Beberapa menit kemudian, diawali dengan kilat, ditengahi dengan petir dan kemudian kota Seoul diguyur hujan yang cukup lebat siang hari itu. Ha rin terdiam, badannya gemetar kembali. Ia ingin teriak sekarang. Kilat dan petir saja sudah mampu membuatnya gemetar, apalagi sekarang mendapati hujan deras dan ia harus segera turun beberapa meter lagi. Ha rin merogoh sakunya menekan nomor orang tuanya dan nihil. Tak ada jawaban. Dia tidak punya harapan lagi. Chaerin masih di tempat les, dan kedua sahabatnya masih berada disekolah terperangkap bersama Hyukjae. Ha rin lemas, ia melirik arlojinya dan bergumam sendiri.

 

                “ haruskah aku mengabarinya? “

Ha rin menghela nafas berat dan menekan kembali hpnya, mengetik sebuah pesan singkat, dan memasukkan kembali hpnya kedalam tasnya. Ia menoleh kedepan menekan bel disamping tempat duduknya dan beranjak dari tempat duduknya. Ha rin menatap butiran hujan tersebut dengan muram. Ia bisa membayangkan sebentar lagi dirinya akan menjadi korban tusukan rintik rintik air hujan tersebut. Ha rin melangkah turun, menatap ke langit sekejap dan melangkah pergi.

JEDERRRRRR!!!

 

Ha rin membeku di tengah jalan begitu mendengar suara petir tersebut. Tadinya semuanya baik baik saja. Ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa hujan ini tidak akan menyakitinya, tidak akan membuatnya mati konyol. Ha rin berhasil mempengaruhi dirinya, ia setengah berlari begitu turun dari angkutan umum, ia berlari dan terus berlari, tapi naas, petir tiba tiba menyambutnya. Sontak Ha rin terduduk di tengah jalan, badannya gemetar, kulitnya dingin, ia tidak dapat merasakan air hujan itu lagi, badannya sudah terlalu gemetar. Ia tidak mampu berlari lagi. Ha rin memeluk tubuhnya erat, nafasnya mulai terputus putus, Ha rin menatap kosong ke depan dan menghela nafas berat.

 

                Apakah aku akan mati sekarang?

 

Hyuk melajukan mobilnya gila gilaan. Ia terus bergumam dan menyebut nama Ha rin, berharap gadisnya itu baik baik saja dan tidak bertindak konyol. Tadi Hyuk masih mengikuti pelajaran, ia sedikit kesal mendengar akan ada pelajaran tambahan untuknya. Dengan raut menyesal ia meminta Ha rin untuk pulang duluan. Ia tidak mau gadisnya itu bosan menunggunya diluar. Sebenarnya bukan itu alasannya. Choi Siwon, si ketua osis masih berkeliaran di sekolah mereka. Dan Hyuk tahu jelas dulu lelaki itu adalah kekasih dari kekasihnya sekarang. Hyuk tidak mau ambil resiko, maka dari itu dia menyuruh Ha rin untuk pulang diluan saja. Dan sekarang Hyuk merutuki dirinya sendiri. Kalau saja ia tidak egois, tidak akan begini jadinya. Tidak lama setelah les pertama berakhir, Hyuk menerima pesan singkat dari Ha rin.

 

                “ Aku masih di bus dan diluar hujan deras. Haahhh.. Doakan aku! “

 

Pesan yang singkat, tapi mampu membuat Hyuk hampir kehabisan nafas. Ia mengambil tasnya dan berlari pontang panting ke parkiran dan melajukan mobilnya keluar dari sekolah. Hyuk memasuki kompleks rumah Ha rin, ia terus mencoba menghubungi gadis itu, tapi tak juga kunjung ada jawaban. Hyuk mulai gelisah luar biasa. Ia menajamkan pandangan matanya dan mencari dimana gadis itu. Hyuk memutar  setirnya dan terkejutlah ia mendapati pemandangan di depannya.

 

Ditengah hujan yang lebat, sangat lebat, seorang gadis sedang meringkuk lemah di pinggir jalan. Ia menundukkan wajahnya dan memeluk tubuhnya sendiri. Hyuk teriris, hatinya sakit sekali. Ia tidak peduli lagi akan tubuhnya. Ia keluar dari mobil dan berlari ke arah Ha rin. Ditariknya gadis itu dan dipeluknya erat.

 

                “ Aku disini.. Tenanglah, aku disini. “

 

Ha rin terkesiap. Beberapa menit yang lalu ia merasa nafasnya mulai terputus putus, dan pandangannya mulai mengabur, sampai pada akhirnya ia melihat seorang lelaki berlari ke arahnya dan memeluknya erat. Hangat. Ha rin hampir saja menutup matanya sampai ia mendengar suara itu. Suara yang memabukkan yang mampu membuatnya melayang kapan saja. Ha rin mengatur nafasnya kembali dan mendongakkan kepalanya. Hyuk membalas tatapan Ha rin dan tersenyum lembut. Ia mengelus lembut kepala Ha rin dan memeluknya lebih erat, mencoba memberi kehangatan. Ha rin tersenyum, air matanya jatuh bersama dengan hujan yang membasahi tubuhnya. Ia benar benar hampir mati.

 

҉҉҉

Ha rin masih saja berpikir bagaimana jalan keluarnya. Setelah kejadian beberapa tahun yang lalu itu, dirinya benar benar tidak pernah berani bersentuhan dengan air hujan dan yang berhubungan dengannya. Ha rin menggigit lagi bibirnya. Ia gelisah.

Hyuk bisa melihat itu, ia bangkit dari duduknya dan menarik handphone yang berada di genggaman Ha rin.

“ Ne.. “ , jawab Hyuk santai sedangkan Ha rin menatap Hyuk tajam, mencoba merebut handphone itu kembali.

“ Eoh? Appa? Kata onnie, Appa tidak dirumah. Appa, jemput aku di halte. Aku tidak tahu bagaimana pulang. Aku membawa hasil praktikum ku dan ini tidak boleh basah. Aku juga tidak mungkin meminta onnie menjemputku. “

“ Baiklah. Tunggu disana.”

Hyuk mematikan sambungan telepon dan menyerahkan Handphone tersebut ke Ha rin. Ha rin terdiam dan menatap Hyuk tajam.

“ A.. Apa yang kau lakukan ha? “

Hyuk mengambil jaketnya dan melangkah meninggalkan sofa tersebut. Ia berhenti sebentar di depan Ha rin dan menatap gadis itu lembut.

“ Aku hanya berusaha menolongmu. “

Hyuk mengacak acak rambut Ha rin lembut seraya tersenyum lebar. Ia melangkahkan kakinya keluar dari rumah itu dan menghidupkan motornya, melajukan motornya menembus hujan yang semakin lama semakin lebat.

Ha rin terdiam, jantungnya berdegup dengan cepat tapi tetap teratur. Ia memegang kepalanya yang tadi disentuh Hyuk dan hatinya menghangat kembali. Kepala ini sering disentuh dan diperlakukan dengan sama dulu. Dulu. Mengingat kata dulu Ha rin hanya bisa tersenyum nyeri. Ia menatap keluar sebentar, mencoba tersenyum dan menekan sederet nomor dari handphonenya. Ha rin menghela nafas berat dan pada akhirnya masuk ke dalam rumah.

҉҉҉

“ Kamsahamnida, oppa.. “

Ha rin mendengar sayup sayup suara adiknya. Ia melangkah keluar dan menemukan Chaerin berdiri di depan pintu. Ha rin mengambil handuk dan berjalan ke arah pintu. Ia menarik kenop pintu dan membiarkan adiknya masuk. Ha rin menyodorkan handuk kepada Chaerin dan menatap Chaerin tajam.

“ Kenapa kau lama sekali pulangnya? Bukannya seharusnya hari ini kau cepat pulang? “

Ha rin terus memarahi Chaerin sambil mengeringkan rambut adiknya tersebut. Chaerin tersenyum mendapati kelakuan kakaknya ini sudah hampir sama dengan Eomma mereka.

“ Aku ada urusan di sekolah onnie. Tapi kan yang penting aku sudah sampai di rumah dengan selamat. Ah! ini berkat Hyukjae oppa. “

Chaerin menghadap ke belakang dan tersenyum lebar ke arah Hyuk. Ha rin terdiam, ia benar benar hampir melupakan lelaki itu. Ha rin mengintip keadaan Hyuk dari balik bahu Chaerin dan benar dugaannya. Lelaki itu basah kuyup. Bahkan jaket yang tadi ia bawa ada ditangan Chaerin. Pantas saja badannya basah seperti itu. Ha rin menghela nafas berat dan menyuruh Chaerin untuk segera mandi.

Hyuk kedinginan. Sungguh ia kedinginan. Hampir sekujur badan bagian atasnya basah kuyup. Entah apa yang ia pikirkan tadi, tapi begitu melihat Chaerin berteduh dibawah pohon menghindari rintik hujan, entah mengapa ia malah membayangkan Ha rin yang dulu. Dan tanpa berpikir lagi, Hyuk membuka jaketnya dan menyerahkannya kepada Chaerin. Dan sekarang beginilah keadaanya. Minta dikasihani.  Sedangkan Ha rin malah masuk kembali kedalam rumah. Hyuk menghela nafas nya, ia benar benar bodoh mengharapkan gadis itu akan membantunya mengeringkan rambutnya seperti dulu. Hyuk melangkahkan kakinya lagi hendak pergi sampai ia menyadari ada sebuah tangan menahannya.

“ Diluar masih hujan deras. Masuklah dulu dan keringkan badanmu. Bagaimanapun juga kau sudah menolongku. “

Hyuk terkesiap. Ia menghitung kembali ada berapa kata kata yang diucapkan Ha rin barusan padanya. Ia tidak bermimpi kan? Hyuk tersenyum dan menatap langit. Terima kasih!

“ Kau mau tetap berdiri diluar? “

Ha rin bersuara lagi. Hyuk tersenyum bahagia. Astaga! Ia tidak menyangka mendengar gadis ini berbicara ia sudah seperti memenangkan undian yang besar sekali. Hyuk masih sibuk dengan pikirannya

sedangkan Ha rin memandang punggung lelaki itu bingung. Marahkah ia? Ha rin menghela nafasnya bingung. Ia menatap handuk ditangannya dan menaruhnya di atas kepala Hyuk.

“ Ya sudah kalau tidak mau masuk. “

Ha rin kesal. Sudah baik ia mau menawarkan lelaki ini untuk masuk, tapi ia malah tidak dihiraukan. Ha rin membalikkan tubuhnya dengan kesal dan sepasang tangan kekar itu pun menahan kepergiannya.

“ Ah maaf. Aku hanya merasa senang sekali kau mau berbicara denganku. “ , tutur Hyuk jujur. Mau tidak mau Ha rin tersenyum. Lelaki ini masih bodoh seperti yang dulu. Ia menahan tawanya dan membalikkan tubuhnya.

“ Bodoh. Masuklah. “  , ucap Ha rin sambil tersenyum dan kemudian gadis itu melangkah pergi.

Hyuk terdiam, ia terkesiap dengan senyuman itu. Senyuman yang sudah lama sekali tidak ia lihat. Senyuman yang tertuju padanya, hanya padanya. Hati Hyuk menghangat, rasa dingin yang menyelimutinya tadi entah lenyap kemana. Ia senang sekali. Hyuk tersenyum senang dan melangkahkan dirinya masuk kerumah itu, duduk di sofa dan mengeringkan badannnya.

҉҉҉

Ha rin kembali lagi melangkahkan kakinya menuju ruang tamu dengan segelas teh hangat ditangannya. Hatinya terasa lebih ringan sekarang. Ia merasa hanya harus berterima kasih kepada lelaki itu, itu yang terus ia ungkapkan kepada dirinya sendiri. Sesampainya Ha rin diruang tamu, ia meletakkan gelas tersebut di meja.

“ Minumlah. Lumayan untuk menghangatkan tubuhmu.” , ujar Ha rin tulus.

Hyuk menghentikan kegiatan kering mengeringkannya, –toh nyatanya rambutnya masih saja tetap basah– . Hyuk menyeduh teh tersebut dan merasakan air teh tersebut mengalir memasuki tenggorokannya. Hangat. Ia sebenarnya tidak begitu menyukai teh, tapi entah kenapa dari dulu teh yang dibuat gadis ini selalu dapat membuatnya ketagihan. Hyuk mengangkat gelas itu kembali tapi air yang menetes dari rambutnya benar benar mengganggunya. Ia mengerang kesal dan menggosok gosokkan handuk yang ditangannya ke kepalanya, tapi bukannya mengering, rambutnya malah semakin basah. Handuk ditangannya sudah terlalu banyak menampung air.

Ha rin menangkap kejadian itu. Ia mendengus pelan. Mengapa lelaki ini tidak berubah? Mengeringkan rambut sendiri saja sampai sekarang ia tidak pernah bisa. Ha rin mengerang pelan dan melangkah ke kamar mencari handuk kecil dan kembali lagi ke ruang tamu. Ha rin berjalan ke arah Hyuk dan menyerahkan handuk kering tersebut kepada Hyuk.

“ Itu sudah terlalu basah. Kau gunakan juga percuma. Pakai ini. “

Hyuk terkesima untuk kesekian kalinya. Tiba tiba ia mendapat ide lagi. Ia menatap gadis di depannya ini, mencoba peruntungannya apakah gadisnya ini masih mau melakukan hal dulu yang hanya bisa dilakukan olehnya?

Ha rin terdiam, ia membeku di tempatnya. Ia tahu. Tahu dengan jelas apa maksud tatapan itu. Ha rin menimang nimang apa yang harus ia lakukan. Jika ia menolaknya maka besar kemungkinan, sofa kesayangan Eommanya ini akan basah kuyup, dan ia jadi korbannya. Maka dengan membawa alasan itu, Ha rin menghela nafasnya dan menganggukkan kepalanya pelan.

OH! Hyuk benar benar tidak percaya apa yang terjadi sekarang. Ia benar benar bersyukur ia tidak pernah bisa mengeringkan kepalanya sendiri dengan baik. Ha rin sekarang berdiri tepat di depannya, dekat sekali. Bahkan ia bisa merasakan aroma dari tubuh gadis ini. Hyuk tersenyum, jika ini dulu, mungkin sekarang ia sudah merengkuh pinggang Ha rin dan menatap Ha rin intens selagi ia mengeringkan rambut Hyuk. Detak demi detak jantung Hyuk mulai tidak teratur saat Ha rin mulai memainkan rambutnya. Hatinya berdesir, ia bertanya dalam hati. Samakah perasaanmu denganku?

Hyuk menaikkan kepalanya dan menatap Ha rin yang tengah mengeringkan rambutnya. Ia terkejut wajah gadis ini benar benar sudah memerah. Rona merah yang manis saat ia sedang malu malu. Hyuk tidak dapat menahannya lagi. Ia memegang lengan kanan Ha rin dan menatapnya intens. Hyuk kembali menatap wajah itu lembut. Rambutnya yang bebas terjatuh dan beberapa helai yang menutupi wajahnya, mata yang membulat besar, pipi lembut yang merona merah dan juga bibir tipis yang berwarna merah lembut. Hyuk menyentuhnya perlahan. Ia menyibakkan rambut Ha rin yang menutup sedikit wajah gadis itu, dan menarik dagu gadis itu mendekat. Hyuk menatap mata Ha rin kembali, menatapnya lembut, dan menyapukan bibir Ha rin yang lembut dengan bibirnya. Hyuk mencium bibir Ha rin lembut, menempelkannya beberapa saat. Ia ingin melihat bagaimana reaksi gadis di depannya ini. Ia tahu, jika ia mau, mungkin ia sudah melumat ganas bibir Ha rin saat ini, tapi ia tahan. Ia tak mau melukai gadisnya ini lagi.

Ha rin kaget. Jujur ia pun tidak tahu bagaimana jalannya hingga mereka jadi sampai sekarang. Sepanjang ingatannya, Ha rin hanya mengeringkan rambut Hyuk, dan kemudian lelaki itu menatapnya lembut. Menguncinya disana agar ia pun menatapnya juga. Ha rin pasrah. Ia tahu ia juga merindukan, sangat merindukan lelaki ini. 1 tahun, 1 tahun ia sudah menahan segalanya. Perlahan Ha rin mengalungkan tangannya ke leher Hyuk dan membelai rambut Hyuk lembut.

Seketika itu juga hasrat yang ditahan Hyuk keluar begitu saja. Ia memperdalam ciumannya lagi dan memeluk pinggang gadis itu, menariknya mendekat. Hyuk mengusap lembut punggung Ha rin dan menurunkan ciumannya ke leher jenjang gadis itu.

Ha rin mengerang pelan, ia tersadar, entah apa yang membuatnya tersadar, tapi ia tahu ini salah. Mereka bukan sepasang kekasih lagi. Ha rin melepaskan kontak tubuhnya dengan Hyuk, dan memalingkan wajahnya yang memerah.

Hyuk tersentak. Beberapa detik yang lalu, ia benar benar merasa seperti di surga. Memeluk gadisnya lagi, dan merasakan betapa manis tubuh Ha rin, sampai tiba tiba Ha rin menjauhkan dirinya.

“ Apakah aku menyakitimu? “ , Tanya Hyuk hati hati.

Ia mencoba mengingat sudah sejauh mana hal yang ia lakukan tadi. Tapi yang berhasil ia ingat hanya sampai ia mencium lembut leher gadis itu.

Ha rin menggeleng lemah, ia berjalan mundur secara teratur dan mencoba mengatur nafasnya yang masih tersengal sengal.

Hyuk mengernyitkan keningnya, ia bingung. Ada apa dengan gadisnya ini? Hyuk bangkit berdiri dan berjalan mendekati Ha rin, tapi Ha rin malah mundur secara teratur. Dan hal itu jelas membuat Hyuk merasa sakit.

“ Ini.. Ini tidak benar Hyuk. “

Hyuk terdiam. Ia membiarkan Ha rin melanjutkan kata katanya lagi.

“ Pulanglah. Wonhee pasti menunggumu. “ , ujar Ha rin sambil menahan air matanya lagi.

Ah. Hyuk mengerti. Lagi lagi nama gadis itu. Hyuk menghela nafasnya berat, ia mencoba membuka mulutnya kembali saat ia lihat bahu gadisnya ini mulai bergetar. Ha rin menangis.

Ha rin tersentak saat ia melihat sebuah tangan melingkar dipinggangnya dari belakang tubuhnya. Badan Ha rin menegang saat tahu itu adalah tangan Hyuk, tangan kekar Hyuk yang selalu ia rindukan. Ha rin tak mampu lagi menahan air matanya saat Hyuk menaruh dagunya di bahunya.

“ Maafkan aku. Maaf.” , ujar Hyuk seraya mengeratkan pelukannya.

“ Menangislah. Aku disini. “

Ha rin lepas kendali, ia menangis benar benar menangis. Hyuk membalikkan tubuh Ha rin dan membiarkan Ha rin menangis di dadanya, membiarkan gadisnya ini membasahi kaosnya sekali lagi. Hyuk menahan nafas setiap mendengar setiap isakan Ha rin, setiap isakan Ha rin rasanya Hatinya terkikis perlahan. Dari dulu, ia memang tidak pernah mengijinkan Ha rin menangis kalau tidak ada dia didekatnya. Karena dengan Ha rin menangis disampingnya, ia bisa tahu dan bisa merasakan betapa sakitnya gadis itu. Hyuk mengelus rambut Ha rin yang panjang dan mengecup puncak kepala Ha rin.

Ha rin masih menangis, ia mengeluarkan semua beban yang ia tanggung selama 1 tahun ini. Rasa sakit yang terlalu saat ia mengucapkan ingin berpisah dari Hyuk. Rasa sakit yang ia rasakan saat ia melihat Wonhee memeluk Hyuk dan rasa sakit yang menusuk saat ia mendengar Hyuk bertunangan dengan Wonhee. Kenyataan terakhir itulah yang membuatnya menggila sekarang. Ha rin terduduk lemas dan jatuh di lantai, ia memukuli dada Hyuk dengan keras, mengumpat lelaki itu dengan tidak peduli.

Hati Hyuk teriris. Ia bisa merasakan betapa sakitnya hati gadisnya ini. Ia tidak tahu harus berbuat apa kecuali membiarkan Ha rin memukul dirinya sampai ia puas. Semua ini memang salahnya. Tidak seharusnya Hyuk mabuk malam itu. Tidak seharusnya Hyuk berdiam diri begitu Ha rin memutuskan hubungan mereka. Dan.. tidak seharusnya Hyuk menerima begitu saja pertunangan sialan itu. Hyuk mengerang pelan saat Ha rin lagi lagi memukul dadanya. Sakit. Rasanya sakit. Tapi ia lebih sakit lagi melihat Ha rin menangis seperti ini. Hyuk menarik kepala Ha rin dan merengkuh gadis itu sekali lagi kedalam pelukannya. Ia telah mengambil keputusan. Ia harus benar benar menghilang dari hadapan gadisnya ini. Hyuk mengeratkan pelukannya sekali lagi. Sekali lagi dan untuk yang terakhir kalinya.

҉҉҉҉҉

-END-